Ditulis oleh Suwidi Tono (Angkatan 17 IPB, kolumnis)
Tahun ini, Institut Pertanian Bogor genap 60 tahun berdiri (peletakan batu pertama pembangunan kampus IPB oleh Bung Karno tahun 1952). IPB yang dulu lebih dikenal sebagai Kampus Rakyat telah meluluskan lebih 105 ribu alumni berbagai strata sejak 1963.
Pada reuni emas 50 tahun IPB (2013), saya menulis legacy IPB bagi bangsa dan negara di Harian Kompas (artikel berjudul: Pertanian yang Berdaulat, Kompas 8 November 2013). Pada artikel tersebut saya menyelipkan kiprah inspiratif dua alumni IPB, Gun Sutopo (pendiri Sabila Farm Pakem-Sleman, angkatan 14, tahun 1977) dan Muhamad Nadjikh (wafat 2020, sahabat saya sesama angkatan 17 tahun 1980, pendiri PT Kelola Mina Laut Gresik). Keduanya kelak mendapat apresiasi dari IPB dan dikukuhkan sebagai Doktor Kehormatan tahun 2020.
Baca : Siapkan Buku Putih, Alumni IPB Dorong Agromaritim Jadi Mainstream
Dalam rangka dies natalis 60 tahun IPB, saya tampilkan sekilas beberapa sumbangsih alumni IPB yang saya kenal dekat. Mereka kategori enterpreneur dan sociopreneur sekaligus.
Jamu Gujati59 Agung Sushena
Agung Sushena (angkatan 17 agronomi) mendirikan dan membangun Jamu Gujati (awalnya bernama Gunung Jati, bermula di Cirebon 1989). Tahun 2003 pindah pabrik ke Sukoharjo, Jateng. Berkat tangan dingin dan visinya yang tajam, Jamu Gujati59 berkembang pesat menjadi produk jamu herbal yang disukai publik, sejajar dengan produk jamu yang muncul sebelumnya dan kini sudah terdistribusi ke seluruh pelosok Nusantara. Almarhum wafat tahun 2020 mewariskan sebuah perusahaan tempat banyak orang menggantungkan hidupnya. Bukan hanya untuk karyawan, juga para mitranya.
Kecap Mondro Hosea Radina
Alumni Fateta angkatan 17 ini membangun bisnis kecapnya sejak 2003 mulanya sebagai home industry dari kampung halamannya, Wonogiri, Jateng. Ia mengenalkan dan memasarkan sendiri kecapnya ke berbagai wilayah Jateng dan Jatim. Kini penetrasi dan brand produknya: “Kecap Mondroguno” diterima dan menjangkau ke seantero pelosok desa terutama di kedua wilayah tersebut.
Koro Pedang Agus Somamiharja
Alumni Fakultas Perikanan angkatan 20 ini awalnya menekuni budidaya udang usai studi S-3 di Thailand dan bekerja di PT Japfa Comfeed. Beberapa tahun terakhir ia mengembangkan kacang-kacangan lokal melalui budidaya koro pedang (bahan baku subsitusi kedelai untuk tempe) dan aneka tepung berkandungan protein nabati tinggi.
Ia giat mendampingi petani di berbagai daerah untuk membangun kemandirian berbasis usaha sendiri. Melalui BUMR Primasera dan workshop Taman Edukasi Koro Pedang, Agus mengajak para alumni berkolaborasi dan bersinergi membangun penguatan ketahanan pangan di daerah masing-masing.
Teh Sila Iriani Imes
Alumni agronomi angkatan 20 ini sebelumnya malang melintang di dunia konsultan dan marketing, sempat juga memimpin holding pemasaran BUMN Perkebunan. Sejak tahun 2018 Iriana menekuni dan mengembangkan produk teh berkualitas prima dengan brand Teh Sila. Ia membimbing para petani teh agar dapat menghasilkan daun teh bermutu tinggi untuk kemudian diagregasikan dengan berbagai rempah dan bunga lokal hingga menjadi ramuan khusus teh bercita rasa khas dan eksotik.
Djawa Mie Fajar Kurniawan
Alumni jurusan Tanah angkatan 31 ini memulai usaha mie instan berbahan baku tepung mocaf singkong di Sragen, Jateng, tahun 2005. Di bawah bendera perusahaan Sawahita Group, produk mie instannya telah merambah ke berbagai daerah dan komunitas dengan merk pasar Mie Djawa, Mie Minang (untuk Sumatera), Mie Siak (untuk Riau), MieMU (untuk komunitas Muhamadiyah), MieNU (untuk komunitas Nahdlatul Ulama), dan MieHaji untuk jemaah haji. Inovasi dan diversifikasi produk Sawahita Food berbasis mocaf menjadi instant noodle terus dilakukan untuk memenuhi selera pasar.
Butik Nora Indonesia – Norayani
Alumni MIPA angkatan 29 ini teman sesama pendaki gunung (juga penjelajah alam yang tangguh). Hasil petualangannya ke seluruh pelosok Nusantara membuahkan inspirasi untuk membangun butik “Nora Indonesia” sejak 2019 dengan menghimpun produk pengrajin terutama aneka tenun songket (kebanyakan dari NTT), juga aneka kerajinan dan asesori berbahan kulit hewan.
Nora aktif berkunjung ke sentra-sentra pengrajin di berbagai wilayah sekaligus memberikan disain yang sesuai dengan permintaan pasar. Ia juga aktif mengikuti pameran untuk mempromosikan karya pengrajin dari berbagai wilayah Indonesia.
Masih banyak karya alumni IPB yang membanggakan dan memberdayakan sesama baik di lingkup pertanian maupun non pertanian. Pada kesempatan lain, mudah-mudahan bisa saya tampilkan jika sudah melihatnya sendiri.
Para alumni ini bisa disebut pendekar “jalan sunyi” yg memenuhi kriteria man of idea dan man of action sekaligus. Mereka merintis jalannya sendiri, mengatasi tantangan dan hambatan dengan kepercayaan diri tinggi, serta memberi sumbangsih nyata bagi banyak orang.
Ijinkan saya mengutip ucapan Nyai Ontosoroh dalam roman sejarah Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer untuk menggambarkan perjuangan mereka. “Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri.” [HA-IPB]