HA IPB – Potensi bahan baku minyak atsiri mempunyai magnet ekonomi yang tinggi. Serai wangi, salah satunya yang sudah diinisiasi dan dikelola sosok pemuda berumur 23 tahun bernama Erdi Pratama.
Erdi Pratama, Mentor Islamic Sociopreneur Development Program (ISDP) 2022 dan CEO MP Natural yang tertarik dengan bisnis atsiri karena didorong mentor bisnisnya dulu.
“Siapa yang mengelola bahan baku ciptaan Allah kamu akan memiliki bisnis besar,” kata lulusan Ekonomi Bisnis IPB University yang lulus tahun 2017 itu.
Erdi menjelaskan minyak atsiri merupakan salah satu dari unsur ciptaan Allah yaitu bahan baku wewangian. Setahun setelah lulus dari IPB University pada tahun 2017, Erdi membangun MP Natural pada 2018, sebuah perusahaan konsultan yang khusus menangani proyek pertanian dan kehutanan. Pada tahun itu juga, dia menerima penghargaan dari Singapore International Foundation dan hibah senilai S$20.000 untuk memperluas dampaknya.
“Saat itu saya memilih Serai Wangi karena secara pengolahan mudah dan pasarnya saya perkirakan cukup besar,” ujarnya seperti ditulis alumniipbpedia.
Secara prospek minyak atsiri mempunyai potensi cukup besar terutama untuk ekspor. Beberapa produk jadi yang berasal dari minyak atsiri adalah kosmetik,
Di balik sosoknya yang santai saat diajak bicara, ternyata lulusan IPB tahun 2017 ini punya sejuta cerita dan filosofi mendalam di baliknya. Ya, terutama soal usaha pertanian Indonesia yang sedang dilakoninya, yaitu budidaya tanaman serai wangi. Usahanya bernaung di bawah nama PT Musim Panen Harmonis.
“Itu mulainya pada Oktober 2017 kami sebagai perusahaan agribisnis yang berfokus pada tanaman aromatik dan ekstrak bahan baku alam. (Didirikan) dengan visi mewujudkan desa mandiri yang terintegrasi antara sektor hulu sama hilirnya,” katanya.
Erdi menjalani usaha agribisnis ini selepas kuliah. Skripsi yang jadi modalnya untuk lulus dari IPB, kebetulan juga membahas tanaman pemilik nama ilmiah Cymbopogon nardus itu. Latar belakang tersebut sedikit banyak membuatnya tertarik usaha serai wangi. Tak hanya itu, ada alasan memilih serai wangi karena tanaman ini menjadi komoditas yang cocok untuk ‘dimainkan’ oleh ‘pemain awal’ seperti dirinya.
“Jadi pertama dia mudah ditanam, kedua pasarnya memang bagus, dan ketiga saat ini Cintronellla (minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman tersebut) sedang dibutuhkan banyak oleh para industri, sehingga harganya terus merangkak naik,” ujarnya.
Dari satu hektar serai wangi yang ditanam selama 3 bulan hingga bisa dipanen, Erdi mengaku bisa menghasilkan 70 kilogram minyak atsiri. Tentu setelah daunnya dipanen dan diolah melalui proses penyulingan.
Sejak memulai usahanya, pada Juni 2018 lalu Erdi telah memanen sebanyak 2 hektare di lahan percobaan, dari 20 hektare total lahan yang dikelolanya.
Lantas, dari mana sosok Erdi yang baru lulus kuliah punya lahan seluas itu? Bagaimana ia memodali semuanya saat membuka usaha? “Jadi kita kerja sama dengan pemilik lahan (juragan). Seorang keluarga punya lahan sekitar 20 hektar di desa Karacak, Leuwiliang, Bogor, cuma sudah tidak terkelola selama 20 tahun.
Adapun (ketika dikelola) ditanam buah-buahan tapi dipanennya ‘ramai-ramai’, maksudnya dicuri sama masyarakat,” jelas cowok yang tinggal di Bintaro, Tangerang Selatan itu.
Soal modal, pihak keluarga pemilik lahan yang Erdi kelola menyediakan semuanya. Infrastruktur perusahaan seperti tempat penyulingan atau biaya operasional untuk karyawan, mereka yang mendanai. Sebagai timbal baliknya, pihak keluarga ini didapuk menjadi komisaris perusahaan.
Di perusahaan yang dibangunnya ini, Erdi sebagai pendiri dan direktur dibantu oleh seorang kawan. Kawannya itu bertugas untuk melatih petani, melakukan kontrol, penyulingan, dan survei lahan untuk melakukan ekspansi. Kemudian ada juga dua orang karyawan petani yang akan dilatih agar bisa mengelola lahan secara mandiri.
Walau usahanya bergerak di bidang pertanian, Erdi bukanlah seorang yang besar dari keluarga petani. Orang tuanya memang pengusaha, tapi bergerak di bidang tour and travel, kontraktor alat kesehatan, dan properti.
Sama sekali enggak ada hubungan antara apa yang dilakukan orang tuanya dengan yang dilakoni Erdi saat ini. Namun, ketertarikannya pada pertanian terbilang unik. Bukan karena sosok inspiratif, tapi gara-gara main game.
“Waktu kecil suka main ‘Harvest Moon’, jadi kepikirannya masuk (jurusan) Pertanian begitulah kira-kira singkatnya. Enggak belok-belok mau ke mana (cita-citanya), waktu itu milihnya kalau enggak ITB ya IPB, semuanya jurusan Pertanian,” terangnya.
Bagi orang tua Erdi, jalan hidup yang bakal dilakoni anaknya diserahkan kepadanya. Maka dari itu, ketika Erdi menyampaikan niatnya untuk bikin usaha pertanian, mereka enggak mempermasalahkan dan mendukung saja. Setelah sukses membuka lahan pertama di Bogor, cowok kelahiran 9 Maret 1995 itu berencana melakukan ekspansi ke Sukabumi dan Kalimantan. Ia mencari mitra yang memiliki lahan seluas minimal 15-20 hektare atau petani di desa lain yang mau menanam dan mau menyuling serai wangi. [HA-3]