JAKARTA – Percepatan implementasi bioetanol sebagai salah satu energi terbarukan sangat diperlukan dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Selain potensi yang cukup besar, bioetanol merupakan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan. Namun, diperlukan kebijakan yang komprehensif dan strategi yang tepat untuk mendorong percepatan penggunaan bioetanol sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca.
Demikian salah satu benang merah dalam Seminar Percepatan Penggunaan Bioetanol sebagai EBT dalam Rangka Ketahanan Energi Nasional di Jakarta, Rabu (29 Mei 2024). Kegiatan digelar DPP Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA IPB) melalui badan otonom Alumni Bisnis Cendekia (ABC) bekerja sama dengan Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM).
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Dida Gardera S.T., M.Sc mendorong implementasi bioetanol untuk meningkatkan ketahanan energi. Selain itu, bioetanol juga dapat memberikan benefit dampak positip dari hasil skema carbon trading. “Untuk itu perlu kebijakan atau strategi yang harus menjadi prioritas dalam intensifikasi guna meningkatkan produktivitas melalui riset dan teknologi,” ujar Dida.
Sekjen Kementerian ESDM Dr. Ir. Dadan Kusdiana, M.Sc mengakui pembahasan terkait bioetanol sudah cukup lama. Untuk itu, dia mendorong perlunya terobosan dan strategi khusus dalam mempercepat inisiatif pemanfaatan bioetanol. “Sudah dibahas sejak lama tetapi pencapaiannya masih jauh dari target sehingga perlu ada pendekatan dan kebijakan baru yang lebih holistik agar pemanfaatannya bisa dipercepat,” ujar Dadan.
Dikatakan, bioenergi mempunyai keunggulan dibandingkan EBT lain seperti angin, surya, air, karena produksinya bisa dikontrol atau dikelola. Salah satu contohnya seperti bioethanol dari siklus produksi tebu. Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria, S.P., M.Si yang hadir dalam kegiatan tersebut menegaskan sangat mendorong implementasi bioetanol dan pentingnya pemanfaatan bioenergi yang lebih ramah lingkungan. IPB University siap berkolaborasi dengan semua pihak terkait sehingga semua target segera terwujud.
Wakil Ketua Umum DPP HA IPB sekaligus Ketua ABC HA IPB Dr. Ir. Dudi S Hendrawan, M.M terus mendorong upaya mengidentifikasi kebijakan dan regulasi pengembangan bioetanol di Indonesia. “Kegiatan seminar digelar untuk mengidentifikasi guna mengetahui kondisi existing pemanfaatan bioethanol, tantangan dan rekomendasi kebijakan pengembangannya,” ujarnya.
Untuk itu, jajaran ABC HA IPB akan membuat rangkuman seminar dan menyusun rekomendasi kebijakan serta dokumen Strategi Percepatan Penggunaan Bioetanol Sebagai Energi Terbarukan yang ramah Lingkungan dalam mewujudkan Ketahanan Energi Nasional.
Seminar yang diikuti sekitar 250 peserta itu didukung oleh PT Pertamina (Persero), Harita Group, Perkebunan Nusantara III (Holding), Sinergi Gula Nusantara (SGN), Bank Syariah Indonesia (BSI), Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI).
Hadir sebagai Narasumber yaitu Ir. Edi Wibowo, M.T (Direktur Bio Energi Dirjen EBTKE, Kementerian ESDM RI), Dr. Oki Muraza (SVP Research and Innovation PT Pertamina (Persero), Dr. Ir. Aris Thoharisman, M.Sc. (Direktur Hubungan Kelembagaan dan Manejemen Risiko PT Sinergi Gula Nusantara), Nur Rusydi SE, M.M (Kasubdit Perizinan dan Fasilitas Cukai, Dirjen Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan RI) dan Prof. Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr. (Wakil Rektor IPB University).
Ada juga sebagai penanggap, seperti Dr. Ir. Drasospolino, M.Sc (Direktur Bina Rencana Pemanfaatan Hutan, Dirjen Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI), Dr. Meika Syahbana Rusli (Kepala Surfactant and Bioenergy Research Center), Dr. Ir. Dwi Setyaningsih, M.Si. (Dosen dan Surfactant and Bioenergy Research Center), dan Ir. Abdul Rochim (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Ir. Izmirta Rachman, M.M. (Ketua Asosiasi Produsen Spiritus dan Ethanol Indonesia (Apsendo) berperan sebagai moderator. [HA]