BOGOR – Sosok Mudatsir memang tidak jauh dari perjuangan para petani, khususnya membela nasib petani bawang merah. Tidak sedikit pemikiran dan langkah-langkahnya menjadi perhatian publik. Salah satunya pernah bersama para petani bawang merah melakukan demo besar-besaran yang memacetkan kawasan pantai utara Jawa selama beberapa jam.
Berbagai kiprah dan komitmennya tersebut sehingga wajar Mudatsir mendapatkan penghargaan HA IPB Award dalam kategori Pejuang Agromaritim di Bogor pada 27 Januari 2024 lalu. Penghargaan sejak tahun 2023 itu diberikan kepada 15 alumni IPB dalam 15 kategori.
Mudatsir lahir di Pekalongan pada 14 Juli 1972, merupakan lulusan IPB University dari jurusan Teknologi Industri Pertanian Angkatan 27, masuk tahun 1990 dan lulus pada 1995.
Pendidikannya dilanjutkan di Program Studi Agroteknologi UGJ Cirebon pada 2011 dan lulus tahun 2014.
Peran Mudatsir tidak hanya sebatas sebagai seorang pelaku bisnis, tetapi juga sebagai penggerak dalam pengembangan dan inovasi di sektor pertanian Indonesia. Ia juga kerap berkiprah sebagai petani langsung dan aktif menjadi narasumber dalam pelatihan-pelatihan yang berperan dalam mengedukasi dan mengembangkan potensi para pelaku agribisnis.
Karena itu, ia juga dikenal sebagai pendiri Training Center (TC) Mekar Jaya di Brebes dan Learning Center Bawang Putih Tuwel di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. TC Mekar Jaya Brebes melayani program pelatihan dan magang bawang merah. Ratusan petani mendapat fasilitas akomodasi, ruang kelas, sarana dan bahan ajar, kebun praktek, teknologi budidaya, alat pasca panen, alat pengolahan dan teknologi penyimpangan, lengkap untuk praktek.
Baca : Gelar Agromaritim Outlook 2024, HA IPB Beri Usulan kepada Pemerintah
“Kami ajarkan juga cara hitungan bisnis dan tata niaganya. Sejak didirikan hingga sekarang sudah melatih dan magang lebih dari 500 peserta dari berbagai daerah baik dari Jawa maupun dari luar Jawa,” jelas Mudatsir.
Ia juga menjadi konsultan pengembangan UMKM dan pengembangan kemandirian ekonomi pesantren di Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Tegal. Tidak hanya itu, Mudatsir juga aktif dalam berbagai asosiasi yang berhubungan dengan industri pertanian. Demikian juga terlibat dalam berbagai organisasi sekaligus menjadi penggerak bagi para petani.
Pada 2011 hingga 2016 ia berperan sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Bawang Merah Nasional dan aktif sebagai anggota Asosiasi Pengolah Hortikultura. Mudatsir menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Benih Bawang Putih Indonesia sejak tahun 2022 hingga sekarang.
Sejak 2023, ia menjadi Dewan Pembina Asosiasi Perbenihan Bawang Merah Indonesia dan terlibat dalam mendorong kebijakan dan pengembangan industri benih bawang di Indonesia.
Suami dari Agustin Satyawati ini menjadi praktisi yang berpengalaman dalam industri agribisnis sebagai distributor, khususnya dalam produksi bawang merah dan bawang putih.
Pertemuannya dengan Agustin memang cukup unik. Banyak keluarga besar dari istrinya berkuliah di IPB University. “Jadi, kakak dan adik istri adalah alumni IPB University. Dua kakak dan adik ipar istri juga alumni IPB University. Keponakan juga ada dua orang yang alumni IPB University,” ujarnya membuka cerita.
Setelah lulus IPB tahun 1995, Mudatsir pulang kampung dan sempat mengajar di sebuah perguruan tinggi pertanian. Saat itulah kakak kelasnya yang juga merupakan alumni IPB University, mempertemukan dia dan isrinya sekarang. Kesehariannya juga sibuk dengan mengelola majelis taklim.
Baca : Siapkan Buku Putih, Alumni IPB Dorong Agromaritim Jadi Mainstream
Sebagai prinsip hidup, dia ingin menjadi orang yang bermanfaat untuk sesama dalam rangka mengamalkan hadits Khairunnas anfa’uhum linnas. Kepada diri dan keluarganya, dia selalu menanamkan nilai hadits bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat untuk orang lain.
Berkat pendidikan keagamaan yang ditanamkannya, 4 anaknya mulai meniti pendidikan dengan kecintaan terhadap agama. Anaknya, Nabila Nadia Rahma kini berkuliah di FEMA IPB University. Lalu Aelia Emira Shahwah kuliah di Universitas Al Azhar Cairo.
Sementara Muhammad Nabil Illiya Ayyash, sudah lulus SMK dan tengah melakukan persiapan Program Ausbildung Jerman. Si bungsu Samih Athif At Taqy kini tengah mengenyam pendidikan pesantren di Jawa Timur.
Mudatsir telah menorehkan jejak karier yang menginspirasi dalam industri agribisnis selama lebih dari dua dekade. Melalui perjalanan yang penuh tantangan dan dedikasi, dia berhasil membangun sebuah ekosistem yang menghubungkan petani, pemerintah, dan pelaku bisnis dalam rantai pasok bawang merah dan bawang putih di Indonesia.
Perjalanannya dimulai pada tahun 1996, ketika ia memasuki dunia kerja sebagai bagian dari perusahaan eksportir seafood PT Kelola Mina Laut dan PT Kemilau Bintang Timur.
Pengalaman awalnya di sektor ini memberinya wawasan tentang manajemen bisnis dan operasional yang kuat. Pada tahun 2008, Mudatsir memutuskan untuk mengambil tantangan baru dengan terjun ke dalam pengelolaan program plasma-inti di bidang agribisnis bawang merah di Cirebon.
Bersama timnya, dia mengintegrasikan bisnis koperasi dan badan usaha dalam rantai bisnis bawang merah, memberikan pembiayaan kepada petani dan menyiapkan jalur pemasaran untuk hasil panen mereka. Namun, setelah empat tahun berjalan, program ini menghadapi tantangan baru. Perubahan ekosistem bisnis bawang merah yang semula terkonsentrasi pada sentra utama mengharuskan adaptasi dan inovasi dalam pola bisnis.
Mudatsir memang menjadi pembela petani. Ia juga dikenal dalam aksi demonstrasi bersama petani bawang merah di Brebes untuk menolak impor yang dirasakan merugikan petani lokal.
“Tantangan terbesar dalam membangun bisnis pertanian adalah tata niaga. Dalam tata niaga ini hampir tidak ada kebijakan yang riil melindungi dan berpihak pada petani,” ungkap Mudatsir.
Demonstrasi ini justru membuka pintu bagi keterlibatan berbagai pihak, termasuk Kementerian-kementerian terkait dan BUMN. “Sekitar 2010 hingga 2015, saya pernah menolak impor bawang merah yang secara otomatis mengkonfirmasi bahwa keputusan impor tidak didasari pada data supply-demand. Dan besoknya ada importir yang telepon, ini otomatis mengkonfirmasi bahwa keputusan impor bawang merah saat itu lebih tunduk pada kepentingan pengusaha importir,” beber Mudatsir.
Sejak tahun 2015 hingga 2019, Mudatsir dan timnya aktif membantu pengembangan kawasan bawang merah yang diinisiasi oleh pemerintah, memberikan pelatihan, bimbingan teknis, dan pendampingan kepada petani dalam mengembangkan agribisnis bawang merah.
Itu pula sebabnya, pada tahun 2016, Mudtasir mendirikan Training Center Bawang Merah di Brebes, yang memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani dari berbagai penjuru Indonesia. Kemudian pada tahun 2022, Mudtasir dan para mitranya mendirikan Learning Center Bawang Putih untuk mengawal teknologi budidaya bawang putih yang hampir punah di Indonesia.
Dia kerap menjadi mitra dosen dan peneliti dari IPB University dalam uji coba inovasi maupun penelitian. Beberapa inovasi yang dihasilkannya antara lain adalah instalasi pengering dan penyimpanan bawang merah dan bawang putih berbasis teknologi rumah kaca yang dikenal dengan nama “Instore Dryer” (2017-2019).
Mudatsir juga pelopor penyimpanan bawang merah dengan teknologi moderen coldroom dan CAS (Controlled Atmosphere Storage). Ia juga menjadi mitra PKHT IPB dalam demplot uji coba inovasi Double Chromosome untuk memperbesar umbi bawang putih lokal (2019-2020), serta aplikasi Ultrafine Bubble untuk percepatan penyediaan benih bawang putih (2021).
Prestasi Mudatsir tidak hanya terdapat dalam ranah inovasi teknologi, tetapi juga dalam implementasi praktisnya. “Di lapangan atau tingkat petani kami konsisten mengampanyekan teknologi remediasi lahan melalui aplikasi pupuk organik, dekomposer, dan biopestisida untuk memperbaiki kesehatan dan kesuburan tanah agar produktivitas naik,” tutur petani produsen benih bersertifikat hortikultura ini.
Sebagai contoh, ia terlibat dalam demplot pupuk organik dari limbah pabrik gula pada tanaman bawang merah di Tegal pada tahun 2023, serta aplikasi radiasi dalam percepatan dormansi bawang putih pada tahun yang sama. “Saya dari keluarga petani. Saat ini saya tinggal di desa dan banyak berinteraksi dengan petani atau peternak kecil. Obsesi saya adalah regenerasi petani tidak makin memburuk. Satu-satunya cara adalah menjadikan pertanian sebagai bidang profesi yang menjanjikan di masa depan,” tegasnya.
Mudatsir memang pecinta petani sejati. Ia telah membuktikan bahwa kesuksesan dalam dunia agribisnis bukan hanya tentang meraih keuntungan semata, tetapi juga tentang memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. [alumniipbpedia.id]